Minggu, 29 Desember 2019

Taxiway

Taxiway adalah Jalur tertentu pada aerodrome di darat yang ditujukan untuk taxi pesawat udara dan menjadi penyambung antara satu bagian Bandar Udara dengan bagian lainnya, termasuk : 

 a.Aircraft parking position taxilaneBagian dari apron yang ditetapkan         sebagaitaxiway dan ditujukan hanya untuk memberikan akses ke posisi 15tanda pesawat. 
 b.Apron taxiway. Bagian dari 15tanda taxiway berlokasi di apron dan           ditujukan sebagai  jalurtaxi melintasi apron. 

c.Rapid exit taxiway. Taxiwayyang dihubungkan dengan landas pacu   dengan sudut yang tajam dan dirancang untuk memungkinkan  pesawat udara yang mendarat dapat dengan segera keluar dari runway pada tingkat kecepatan yang lebih tinggi dari yang biasanya dicapai di taxiway yang lain, dan oleh karena itu meminimalkan waktu penggunaan landas pacu.

Apron

Apron adalah area yang digunakan pesawat untuk parkir, mengisi bahan bakar, kegiatan pemeliharaan pesawat, serta memuat dan menurunkan penumpang maupun barang. Area ini di bangun berdampingan dengan bangunan terminal untuk memudahkan kegiatan tersebut atau efisiensi.
Standard Apron pun telah ditetapkan oleh ICAO untuk seluruh bandara di dunia. ICAO merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
Apron hendaknya dibuat nyaman untuk bongkar muat penumpang, kargo atau pos sebaik memberikan pelayanan kepada pesawat tanpa mengganggu traffic lainnya di aerodrome tersebut.
 Seluruh area apron hendaknya mampu digunakan untuk expeditious handling traffic di aerodrome tersebut pada saat traffic padat.
Setiap bagian dari apron hendaknya dapat digunakan untuk pesawat yang akan segera ditangani walau beberapa bagian apron memang dikhususkan untuk dipakai jika traffic padat saja.
Slope di apron termasuk aircraft stand taxilane dibuat agar air tidak tergenang.
Slope terbesar pada aircraft stand adalah 1%
Setiap aircraft stand harus memiliki jarak yang aman terhadap aircraft stand yang lain, bangunan- bangunan didekatnya, dan benda- benda lain di apron. Berikut ini adalah jarak aman antar aircraft stand :
 Code letter A : 3 m
Code letter B : 3 m
Code letter C : 4,5 m
Code letter D : 7,5 m
Code letter E : 7,5 m
Code letter F : 7,5 m
Untuk pesawat dengan Code letter D,E,F jika lingkungan sekitar memungkinkan jaraknya bisa dikurangi dengan model nose in parking. Dengan memperhatikan :
a)  Terminal, termasuk garbarata, dan nose pesawat.
b)  Beberapa stand menggunakan azimut guidance dan yang sebagian lagi menggunakan visual docking guidance system.

RUNWAY (LANDASAN PACU)


Landas pacu adalah sepetak lahan yang digunakan oleh pesawat terbang untuk lepas landas atau pendaratan yang dapat berupa aspal atau rumput. Dalam bahasa Inggris disebut runway. Nama landas pacu diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai dua arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 9/27.
Apabila bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan diidentifikasi dengan penambahan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right (kiri, tengah, kanan) yang ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 2R/20L.
Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspa “hotmix” dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan “zebra cross” pada ujung ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat mendarat) serta take off (melandas).
Hasil gambar untuk pengertian landasan pacu
Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang digunakan untuk tuch down atau take off digunakan lapisan beton, bukan aspal untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran buang) mesin pesawat. Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang terbaik diguanakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago, jadi tidak menggunakan aspal hasil olahan minyak bumi, yang mudah mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan dan panas yang ditimbulkan dari semburan gas buang mesin pesawat.
Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehinga permukaannya tetap kering sekalipun pada musim hujan dan mencegah tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning terutama saat mendarat yang sangat membahayakan.
Pada tepi kanan dan kiri serta ujung ujung landas pacu diberi lampu lampu dan tiang-tiang navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk dan penerbangan malam hari.
Landas pacu bandara perintis memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan bandara bandara komersial terlebih lebih di kawasan terpencil. Landasan pacu ini dikenal sebagai airstrip. Terkadang hanyalah lajur tanah yang diperkeras yang diberi lapisan rumput dan untuk mencegah amblasnya tanah , digunakan lonjoran lonjoran baja atau alas marston (lapisan plat baja yang berlubang lubang). Di Indonesia, landasan seperti ini digunakan di daerah pedalaman Irian Jaya atau Papua. Konstruksi landas pacu seperti ini digunakan pada masa Perang Dunia II untuk kepentingan militer karena pembuatannya lebih praktis.
Panjang landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin serta tekanan udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara bahkan bandara internasional karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai contoh landas pacu di kota Doha, Qatar memiliki ukuran panjang sampai lebih dari 5.000 meter.
Pada landasan tertentu, dilengkapi kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrester cable) bahkan pelontar pesawat (catapult) terutama untuk landasan pendek dan landasan pada kapal induk.

Air Traffic Controller, ATC


Pemandu Lalu Lintas Udara 


(bahasa InggrisAir Traffic Controller, ATCer) atau Pemandu Lalu Lintas Penerbangan adalah merupakan profesi/bidang pekerjaan yang umumnya berfungsi memberikan layanan pemanduan lalu lintas di udara, terutama terhadap lalu lintas penerbangan pesawat udara, seperti pesawat terbanghelikopter dan lainnya. Pesawat udara harus melalui jalu-jalur penerbangan (airways) yang telah ditentukan dan sama sekali tidak diperkenankan menyimpang dari airways [2][3] kecuali dengan izin (clearance) dari ATC[3], ada alat bantu navigasi di darat dan peralatan navigasi di pesawat yang dapat dijadikan panduan agar pesawat berada pada jalur yang benar [3], ATC mengawasinya antara lain dengan radio komunikasi antara pengawas penerbangan dengan pilot atau penerbang dan dibantu juga dengan menggunakan radar[3], agar proses navigasi pesawat dapat terbantu dari titik keberangkatan hingga tujuan, demikian pula keperluan pengamatan terhadap penerbangan. Peran Pemandu Lalu Lintas Udara merupakan komponen penting dalam pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan, pencegahan agar pesawat udara tidak terlalu dekat satu dan lainnya, pencegahan terjadinya tabrakan antar pesawat udara, pencegahan terjadinya tabrakan antar pesawat udara dengan halangan dan rintangan yang ada di sekitarnya selama beroperasi. ATC atau yang disebut dengan Air Traffic Controller juga memiliki peran penting dalam efisiensi serta kelancaran arus lalu lintas penerbangan. ATC adalah rekan kerja terdekat pilot selama di udara, peran ATC sangat besar dalam mencapai tujuan keselamatan penerbangan. ATC membantu pilot dalam mengendalikan keadaan-keadaan darurat, memberikan informasi yang dibutuhkan pilot selama penerbangan seperti informasi cuaca, informasi navigasi penerbangan, dan informasi lalu lintas udara.
Air Traffic Controller adalah salah satu profesi termuda di dunia[4]. Seperti profesi modern lainnya, Air Traffic Controller telah berkembang dari kesederhanaan menuju kompleksitas & teknologi tinggi nan canggih [4]. Profesi ini tidak ditemukan (discovered) atau diciptakan (invented), tapi berevolusi secara bertahap, didorong oleh kebutuhan[4]. Meskipun saat ini peran Air Traffic Controller sangat dibutuhkan, masih banyak orang yang tidak mengenal profesi Air Traffic Controller[4]Air Traffic Controller adalah pekerjaan dengan keterampilan khusus yang memiliki risiko tinggi dan kecepatan pengambilan keputusan ditentukan detik perdetik (by seconds). Most controllers are proud to be an air traffic controller, dan mereka ingin meneriakkan hal itu kepada dunia jika bisa Semua aktivitas penerbangan di dalam ruang udara terkontrol / Controlled Airspace diharuskan memiliki komunikasi dua arah dengan unit-unit pemanduan lalu lintas penerbangan yang terkait, untuk mendapat otoritasi / clearance dari Air Traffic Controller, yang kemudian Air Traffic Controller akan memberikan informasi, instruksi, kepada pilot atau penerbang sehingga tercapai tujuan keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan memenuhi standar yang berlaku pada masing-masing negara. Air Traffic Controller juga merupakan salah satu media strategis untuk menjaga kedaulatan suatu wilayah/suatu Negara.

OBSTACLE AREA


Hasil gambar untuk pengertian obstacle area

(obstacle) adalah :setiap benda yang berdiri pada atau di atas daerah larangan terdapat halangan (obstacle restriction surface), seperti runway strip, RESA, clearway atau taxiway strip; setiap benda yang menembus (penetrate) kawasan keselamatan operasi penerbangan (obstacle limitation surface/ OLS).

Penyelenggara bandara harus menetapkan obstacle limitation surface pada aerodromenya, dan mengawasi setiap obyek yang berada pada obstacle limitation surface. Bilamana terdapat pelanggaran atau potensial pelanggaran, penyelenggara bandara harus melaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara dan melakukan koordinasi dengan instansi atau perusahaan yang terkait dengan obyek tersebut.

Obyek atau pendirian obyek baru yang berada di luar OLS dengan ketinggian 110 meter dari permukaan tanah atau lebih harus dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara, dan obyek atau pendirian obyek baru di luar OLS dengan ketinggian di atas 150 meter dari permukaan tanah atau lebih harus dianggap sebagai obstacle kecuali dinyatakan sebaliknya oleh Ditjen Perhubungan Udara berdasarkan suatu assessment

Karakteristik Pesawat Udara

Jenis – Jenis dan Karakteristik Pesawat
AIRBUS A-300-600 (AIRBUS INDUSTRIES)

Panjang Badan Pesawat (m)
54.08

Wing Span (m)
44.84

Wheel Base (m)
18.62

Wheel Tread (m)
9.6

Empty Weight (kg)
90,115.00

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
165,900

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
2,743.00






AIRBUS A-310 (AIRBUS INDUSTRIES)


Panjang Badan Pesawat (m)
46.66

Wing Span (m)
43.89

Wheel Base (m)
18.62

Wheel Tread (m)
9.6

Empty Weight (kg)
80,142.00

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
142,000

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
2,621.30








AIRBUS A-330-300 (AIRBUS INDUSTRIES)


Panjang Badan Pesawat (m)
63.69

Wing Span (m)
60.3

Wheel Base (m)
18.62

Wheel Tread (m)
9.6

Empty Weight (kg)
121,870.00

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
212,000

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
2,743.00





AIRBUS A-340-300 (AIRBUS INDUSTRIES)


Panjang Badan Pesawat (m)
63.7

Wing Span (m)
60.3

Wheel Base (m)
18.62

Wheel Tread (m)
9.6

Empty Weight (kg)
129,800.00

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
260,000

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
2,743.00








AIRBUS A-340-600 (AIRBUS INDUSTRIES)


Panjang Badan Pesawat (m)
67.8

Wing Span (m)
63.7

Wheel Base (m)
19.62

Wheel Tread (m)
9.6

Empty Weight (kg)
177,000.00

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
365,000

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
3,506.50






AIRBUS A-380 (AIRBUS INDUSTRIES)


Panjang Badan Pesawat (m)
72.75

Wing Span (m)
79.8

Wheel Base (m)
20.62

Wheel Tread (m)
10.6

Empty Weight (kg)
277,000.00

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
560,000

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
3,506.50





B-737-300 (BOEING)


Panjang Badan Pesawat (m)
33.4

Wing Span (m)
28.88

Wheel Base (m)
11.38

Wheel Tread (m)
5.23

Empty Weight (kg)
32,881.00

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
56,740

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
2,286





B-727-200 (BOEING)


Panjang Badan Pesawat (m)
46.69

Wing Span (m)
32.92

Wheel Base (m)
19.28

Wheel Tread (m)
5.72

Empty Weight (kg)
44,180.60

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
76,658

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
2,621.30





B-747-400 (BOEING)


Panjang Badan Pesawat (m)
69.85

Wing Span (m)
59.66

Wheel Base (m)
25.6

Wheel Tread (m)
11

Empty Weight (kg)
165,926.90

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
351,540

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
3,506.50





B-747-SP (BOEING)


Panjang Badan Pesawat (m)
56.31

Wing Span (m)
59.64

Wheel Base (m)
25.6

Wheel Tread (m)
11

Empty Weight (kg)
147,420.00

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
317,515

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
3,506.50





DC-9-50 (McDONNELL DOUGLAS)


Panjang Badan Pesawat (m)
40.23

Wing Span (m)
28.45

Wheel Base (m)
18.57

Wheel Tread (m)
5

Empty Weight (kg)
28,725.58

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
54,432

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
2,286





DC-8-61 (McDONNELL DOUGLAS)


Panjang Badan Pesawat (m)
57.12

Wing Span (m)
45.24

Wheel Base (m)
23.62

Wheel Tread (m)
6.35

Empty Weight (kg)
68,993

Maximum Take-Off Sctructural Weight (kg)
147,420

Panjang Landasan Pacu Rencana Dasar (m)
2,621.30